Sinopsis
Film ‘ The Boy In The Striped Pyjamas ‘
Masa
kanak-kanak ditentukan oleh suara, bau-bauan, dan penglihatan, sebelum alasan
kegelapan berkembang (John Betjeman)
Film berkisah pada
tahun 1930-an, saat Nazi berkuasa di Jerman, tentang seorang anak bernama
Bruno, berusia 8 tahun. Dia adalah anak dari Kolonel tentara Nazi kesatuan
Waffen SS (Schutzstaffel) divisi Totenkopf bernama Ralf. Mereka tinggal di
jantung kota Berlin di Jerman. Bruno yang sedang asyik bermain pesawat-pesawatan
bersama ketiga temannya, Karl, Leon, dan Martin, kaget saat melihat rumahnya
telah didekorasi sedemikian rupa. Bruno bingung dan segera masuk ke rumah. Di
dalam rumahnya nampak beberapa orang yang sedang mempersiapkan segala sesuatu
untuk pesta. Bruno bertanya pada ibunya, Elsa, ada apa gerangan. Elsa
mengatakan bahwa pesta ini sebagai acara syukur karena ayah mereka, Ralf, naik
pangkat dan dipromosikan untuk tugas yang baru dan tempat yang baru sekaligus
sebagai acara perpisahan. Bruno menolak tempat tugas ayahnya yang baru di luar
kota, ia merasa berat hati karena harus berpisah dengan ketiga temannya itu.
Elsa, Ralf, dan kakak perempuan Bruno, Gretel, berusaha menghibur Bruno dan
mengatakan bahwa ini adalah petualangan yang baru bagi Bruno, sama seperti di
bukunya. Bruno adalah anak yang senang sekali membaca buku-buku petualangan.
Bruno mengikuti pesta
itu dengan berat hati. Namun perasaan Bruno terobati kala ia melihat kakek dan
neneknya datang di acara pesta itu. Nenek mereka, Nathalie, sangat senang
bertemu dengan cucu-cucunya. Nathalie sangat bangga dengan Ralf yang memakai
seragam dan pangkat yang baru. Nathalie lantas membuat gurauan perihal Ralf
semasa kecil. Ralf tidak senang dengan gurauan ibunya ini, Ia pun menegur
ibunya dengan sinis, mengatakan ibunya sebagai perusak pesta. Bahkan Ralf
mengancam ibunya dengan mengatakan bahwa gurauannya ini bisa memberi ibunya
masalah.
Esok paginya, Bruno
yang sedang asyik bermain tembak-tembakan bersama ketiga temannya harus
berpamitan karena ia akan segera berangkat. Bruno merasa berat hati
meninggalkan rumah masa kecilnya, Bruno terus menerus memandangi rumah itu
sebelum pergi keluar. Mereka sekeluarga menempuh perjalanan dengan menaiki
kereta api dan dengan perjalanan mobil selama satu hari. Sampailah mereka di
rumah baru itu. Bruno merasa tidak senang berada di dalam rumah yang ia anggap
penjara itu. Di dalam kamar, ia merasa jenuh dan bosan. Ia mengobrol dengan
pembantunya, Maria, dan saat asyik mengobrol, datanglah pria dengan seragam
Waffen SS yang merupakan bawahan ayahnya, Letnan Kotler. Bruno merasa takut
karena orang ini menatapnya dalam-dalam. Bruno yang merasa jenuh memanjat kursi
dan melihat keluar jendela. Ia melihat ada bangunan yang mirip dengan
peternakan / perkebunan. Bruno tidak tahu bahwa bangunan itu adalah kamp
konsentrasi Nazi untuk orang yahudi. Bruno mengira itu adalah perkebunan. Bruno
lantas meminta ijin pada ibunya untuk yang ada di dapur untuk bermain bersama
anak-anak di perkebunan itu. Elsa menyanggupi karena Elsa juga tidak tahu
perihal kamp konsentrasi itu. Tiba-tiba, masuklah seorang pria paruh baya,
memakai piyama bergaris-garis, dan membawa sayur mayur. Bruno mengatakan kepada
Elsa bahwa mereka semua yang ada di perkebunan memakai piyama seperti itu. Elsa
heran dan menyuruh Bruno untuk kembali ke kamarnya.
Saat hendak kembali
ke kamarnya, Ralf memanggil Bruno dan mulai menanyai apakah Bruno merasa betah
disini, dan Bruno menjawab tidak. Bruno lalu bertanya pada Ralf mengapa
orang-oran di perkebunan memakai piyama. Mulanya Ralf terdiam, namun akhirnya
ia mengerti maksud dari perkataan Bruno yaitu orang-orang yahudi di kamp
konsentrasi. Bukannya mengalihkan pembicaraan, Ralf malah berusaha menanamkan
ideologi Nazi yang anti-semit pada Bruno. Beruntung Elsa datang dan menyuruh Bruno
untuk membantu di dapur. Elsa memberitahu Ralf bahwa orang-orang ‘ber-piyama’
dari perkebunan itu masuk di dapurnya. Elsa juga tidak tahu menahu mengenai
kamp konsentrasi Nazi ini. Jendela kamar Bruno pun disegel oleh Ralf.
Bruno yang merasa
jenuh berusaha mengusir kebosanan dengan bermain catur sendiri. Namun hal ini
justru membuat Bruno menjadi bosan, maka ia pergi ke halaman dan bermain
pesawat-pesawatan. Bruno melihat pintu yang menuju halaman belakang terbuka. Ia
pun lalu mengendap-endap membuka pintu itu dan berjalan menuju halaman
belakang. Tak disangka, Elsa melihat Bruno dan menyuruhnya kembali untuk
mencari permainan lain. Bruno lalu menemani ibunya yang menyulam dengan
menggambar, disini, Bruno menggambar orang-orang perkebunan yang bertani dan
beternak dengan memakai piyama bergaris-garis. Esok paginya saat sarapan, Ralf
memberitahu bahwa akan ada guru privat yang bernama tuan Liszt dan akan
mengajar mereka dua kali seminggu. Sementara makan, mata Bruno terus
memperhatikan si yahudi yang memakai piyama bergaris-garis sedang mengupas
kentang.
Selesai makan, Bruno
melamun di bawah pohon. Ia lantas meminta tolong Kotler untuk membantunya
membuat ayunan. Kotler membentak si yahudi yang kebetulan ada disitu dengan
kasar, di depan Bruno, dan menyuruhnya untuk membantu Bruno mencari ban bekas
di gudang belakang guna membuat ayunan. Saat si yahudi sedang mencari ban,
Bruno melihat sebuah jendela yang menghubungkan antara gudang dan luar rumah
(hutan). Ayunan sudah jadi, Bruno pun bermain ayunan. Bruno melihat ada kepulan
asap berwarna hitam yang berbau tidak sedap. Bruno berusaha melihat asap itu
dengan berdiri di atas ayunan namun ia terjatuh dan terluka. Si yahudi menolong
Bruno, membawanya ke dapur untuk diberikan obat P3K. Bruno heran dengan si yahudi
yang bisa mengobati luka ini padahal ia adalah seorang pengupas kentang. Bruno
bertanya siapa namanya dan ia menjawab namanya adalah Pavel, ia dulu adalah
seorang dokter. Bruno tidak percaya bahwa Pavel adalah dokter. Pavel
menjelaskan bahwa ia dulunya adalah dokter dan karirnya tamat saat ia dikirim
ke sini. Pavel bertanya apakah cita-cita Bruno dan Pavel menebak cita-cita
Bruno yang ingin menjadi penjelajah. Bruno kaget karena Pavel mengetahui
cita-citanya. Tiba-tiba Elsa datang, pulang dari belanja dan kaget melihat kaki
Bruno yang diperban. Ia meminta Bruno untuk masuk ke kamarnya dan mengucapkan
terimakasih kepada Pavel.
Datanglah guru privat
mereka, mr. Liszt, ia ingin mengajarkan ideologi Nazi yang anti-semit pada
Bruno dan Gretel. Mr. Liszt meminta Bruno untuk menghentikan membaca buku-buku
petualangan fiksi dan mulai dengan membaca buku filsafat antropologi Deutscher
yang sangat tebal, Bruno membaca buku ini dengan perasaan jenuh. Bruno lantas
berlari menuju gudang belakang, memanjat jendela dan berhasil keluar dari
kungkungan rumah itu. Ia berlari hingga sampai ada kamp konsentrasi Nazi, yang
ia kira sebagai perkebunan. Bruno heran melihat bangunan yang dipagari dengan
kawat berduri dan dijaga oleh para tentara Nazi dengan sangat ketatnya. Ia melihat
seorang anak laki-laki sedang duduk menyendiri dalam pagar kawat itu. Ia
memberanikan diri untuk maju dan memperkenalkan diri. Anak ini bernama Shmuel,
Bruno heran dengan nama anak ini yang sangat aneh didengar. Bruno iri pada anak
ini karena di dalam kamp ia mempunyai banyak teman untuk diajak bermain. Bruno
sama sekali tidak tahu bahwa itu adalah kamp konsentrasi Nazi. Shmuel bertanya
pada Bruno apakah ia membawa makanan, Shmuel tampak kelaparan, sayangnya Bruno
tidak membawa makanan. Shmuel berusia 8 tahun, sama seperti Bruno. Bruno
bertanya pada Shmuel apa maksud dari nomor-nomor baju pada piyama yang
dikenakan Shmuel. Shmuel mengatakan bahwa itu adalah nomornya dan bukan
merupakan bagian dari suatu permainan seperti yang disangka oleh Bruno. Tiba-tiba
peluit berbunyi, Shmuel pamit undur diri dengan mendorong gerobak meninggalkan
Bruno yang masih terheran-heran dengan ‘perkebunan’ aneh ini. Di rumah, Gretel
mulai menunjukkan perubahan, seluruh kamarnya dipasangi poster Adolf Hitler dan
gambar-gambar lambang swastika Nazi. Gretel mengatakan pada Bruno bahwa
sekarang sudah tidak lagi harus bermain boneka karena itu permainan anak-anak.
Gretel telah menjadi seorang gadis yang sangat patriotis pada Nazi di usianya
yang baru 12 tahun, mengikuti jejak ayahnya. Bruno pun bingung dengan kelakuan
Gretel ini, ditambah dengan pelajaran membaca pidato Hitler yang diberikan oleh
mr. Liszt untuk mereka berdua.
Siang itu Elsa akan
pergi berbelanja ke pasar. Bruno memanfaatkan waktu ini untuk pergi lagi ke
kamp konsentrasi untuk menemui Shmuel sambil membawa roti. Bruno bertanya pada
Shmuel yang sedang makan roti dengan lahap, mengapa mereka memakai piyama tiap
hari, Shmuel menjawab bahwa mereka sudah tidak lagi mempuyai baju selain baju
itu karena baju-baju mereka dirampas oleh para tentara. Bruno menjawab balik
Shmuel dan mengatakan bahwa ayahnya juga adalah seorang tentara, tapi bukan
tentara yang suka mengambil baju orang tanpa alasan. Bruno membanggakan ayahnya
sebagai seorang tentara dengan jabatan penting yang ingin membangun dunia yang
lebih baik baginya dan bagi anak Jerman lainnya. Bruno bahkan secara
terang-terangan dan dengan keyakinan tinggi mengatakan pada Shmuel bahwa ia
sangat menyukai tentara Nazi seperti ayahnya. Shmuel hanya terdiam dan termangu
mendengar perkataan Bruno ini. Bruno lantas bertanya lagi pada Shmuel apa yang
mereka bakar di cerobong karena baunya sangat tidak enak, dan Shmuel menjawab
tidak tahu karena ia dilarang oleh tentara untuk pergi ke area itu. Bruno
bertanya lagi, apakah kegunaan dari pagar kawat berduri itu, apakah untuk
menghalau hewan liar masuk ke ‘perkebunan’ dan mencegah hewan ternak keluar.
Shmuel mengatakan bahwa pagar itu dipasang supaya orang-orang di dalamnya tidak
bisa keluar, pagar itu dialiri listrik sehingga membuat orang di dalamnya
seperti dipenjara. Bruno heran dan bertanya pada Shmuel apakah kesalahan Shmuel
dan kawan-kawannya sehingga mereka dipenjara seperti itu. Dengan suara lirih
Shmuel mengatakan pada Bruno bahwa ia adalah seorang yahudi. Bruno tersentak
begitu mendengar jawaban Shmuel ini, ia terdiam dan terpaku, tak bisa
berkata-kata lagi. Bruno pun pamit undur diri dan berjanji akan datang lagi
keesokan harinya.
Di rumah, ibunya
pulang dari berbelanja dan masuk menuju kamar Gretel. Elsa heran melihat kamar
Gretel yang berbau ‘Hitler’ dan ‘Nazi’. Malam itu Ralf mendapati kabar melalui
telepon bahwa ibunya, Nathalie, tak bisa datang berkunjung karena sakit. Ralf
mengatakan pada ayahnya untuk tetap datang tanpa ibunya dan ia menunggu
kedatangan mereka. Bruno dan Gretel yang sedang bermain catur sangat senang
mendengar bahwa kakek mereka akan datang mengunjungi mereka di rumah baru.
Bruno lalu bertanya pada ayahnya perihal cerobong yang mengeluarkan kepulan
asap hitam dan berbau busuk. Ralf mengatakan bahwa mereka sedang membakar
‘sampah’. Bruno yang saat itu akan kalah dari permainan catur dibantu oleh
ayahnya sehingga Gretel kalah. Gretel sangat emosi dan meluapkan kemarahan pada
ayahnya yang membantu Bruno karena itu tidak adil. Elsa menenangkan Gretel dan
mengatakan bahwa itu hanyalah permainan saja. Saat akan tidur, Elsa
mempertanyakan mengenai guru pribadi (mr. Liszt) yang dibawa oleh Ralf, yang
membuat Gretel menjadi berubah. Elsa mempertanyakan kapasitas Liszt sebagai
guru anak-anak. Ralf mengatakan bahwa guru itu memang mengajarkan apa yang
seharusnya diajarkan pada anak-anak Jerman pada umumnya, agar Bruno dan Gretel
tidak tertinggal.
Esok paginya, Bruno
dan Gretel sedang belajar bersama mr. Liszt. Gretel membaca pidato Hitler yang
berisi seruan untuk memusnahkan bangsa yahudi dan sangat penuh dengan
propaganda-propaganda kebencian untuk yahudi, dimana yahudi dianggap sebagai
penyebab kehancuran bangsa Jerman. Bruno menyela Gretel dengan mengacungkan
tangan dan mengajukan interupsi kepada mr. Liszt, Bruno mengatakan bahwa ajaran
ini tidak masuk akal dan pasti ada orang yahudi yang baik di dunia ini. Mr.
Liszt menjawab Bruno dengan sinis, jika Bruno berhasil menemukan yahudi yang
baik, maka Bruno adalah penjelajah terhebat di dunia.
Setelah selesai
pelajaran, Bruno diam-diam mengendap-endap menuju ke dapur dan mengambil
beberapa roti serta memasukkannnya ke dalam tas. Pembantunya memergoki
perbuatan Bruno ini namun Bruno meminta ia untuk diam dan tidak memberitahukan
ibunya. Bruno juga berbohong pada ibunya yang ingin memeriksa isi tasnya agar
tidak ketahuan bahwa ia membawa roti dalam tas untuk Shmuel, Bruno merencanakan
untuk kabur lagi. Kali ini ia membawa bola. Bruno melihat Shmuel yang makan
roti sangat lahap, seperti orang yang kelaparan. Bruno mengajak Shmuel untuk
bermain bola dan melemparkan bola ke dalam kamp. Shmuel yang kaget dan
ketakutan segera mengambil bola itu dan mengembalikannya ke Bruno melalui celah
pagar kawat berduri. Ia meminta Bruno agar tidak lagi melemparkan bola ke dalam
kamp karena itu sangat berbahaya, terutama bila tentara melihatnya. Shmuel lalu
pergi setelah mendengar bunyi peluit. Dengan penuh rasa heran dan kekecewaan
Bruno pulang kembali. Di pintu halaman belakang, Elsa memergoki Bruno namun
Bruno berkelit dengan mengatakan bahwa bolanya terlempar keluar dan ia berusaha
mengambilnya. Elsa lantas mencium bau busuk. Letnan Kotler tersenyum pada Elsa
dan melontarkan gurauan seputar Gaskammer (kamar gas). Elsa terkejut saat
mendengar perkataan Kotler itu. Kotler yang sadar bahwa ia salah bicara
menunjukkan gelagat salah tingkah dan segera bergegas masuk rumah.
Malamnya, Elsa
bertengkar hebat dengan Ralf. Elsa sangat kecewa dengan Ralf yang ternyata
adalah seorang Kolonel dari tentara Waffen Schutzstaffel divisi Totenkopf
(divisi Nazi yang khusus untuk membantai yahudi) dan menyembunyikan pekerjaan profesinya
ini dari dirinya. Ralf berkelit bahwa hal ini dilakukan demi kebaikan Jerman,
kebaikan dirinya, kebaikan Bruno dan Gretel, dan merupakan bagian dari perang.
Elsa menangis mendengar hal ini. Bruno membuka pintu dan melihat pertengkaran
kedua orangtuanya, memberitahu bahwa ayah Ralf telah datang.
Malam itu, ayah Ralf
datang berkunjung dan mereka makan malam bersama, yang juga dihadiri oleh
Letnan Kotler. Ralf melihat Elsa yang tidak nafsu makan dan dengan mata yang
sembab. Bruno bertanya tentang neneknya yang sedang sakit kepada kakeknya itu.
Ayah Ralf mengatakan pada Ralf bahwa ibunya benar-benar sakit dan bukannya
pura-pura sakit. Disini, Kotler menegur Bruno yang tidak menyukai pelajaran
sejarah yang diberikan oleh guru mereka, mr. Liszt. Kotler membanggakan ayahnya
yang merupakan seorang profesor kesusastraan Jerman. Ayah Ralf lalu bertanya
dimanakah ayah dari Kotler sekarang dan Kotler menjawab tidak tahu. Ralf heran
dengan jawaban bawahannya ini, menuding ayah Kotler adalah pengkhianat negara
yang tidak mengikuti kebijakan pemerintah dan yang membelot kepada sekutu
karena kabur ke Swiss. Kotler yang merasa terpojok oleh pertanyaan Ralf yang
merupakan komandannya ini melampiaskan kekesalannya pada Pavel yang secara
tidak sengaja menumpahkan anggur pada gelas Kotler. Elsa menangis melihat
Kotler memukuli Pavel sementara ekspresi wajah Ralf biasa saja sambil
meneruskan makannya.
Saat akan tidur,
Bruno bertanya kepada Gretel atas perbuatan Kotler yang memukuli Pavel. Gretel
memberitahu Bruno bahwa orang yahudi pantas menerimanya. Bruno menangis
mendengar jawaban Gretel ini, mengingat kejadian di ruang makan itu. Gretel
mulai menjelaskan mengenai tempat yang selama ini disangka Bruno sebagai
‘perkebunan’. Gretel mengatakan bahwa tempat itu adalah kamp konsentrasi Nazi
untuk orang yahudi, untuk musuh negara, musuh Jerman, dan yang juga merupakan
musuh bersama. Gretel mengajari adiknya itu paham anti-semit Nazi. Gretel juga
memberitahu Bruno bahwa mereka harus bangga mempunyai ayah seperti Ralf,
seorang tentara Waffen SS, karena mereka akan membangun Jerman menjadi besar
lagi. Bruno lalu membayangkan Shmuel yang ia kenal selama ini dan membandingkannya
dengan ideologi serta perkataan-perkataan anti-semit yang ia dapatkan dari Ralf,
Gretel, dan mr. Liszt, yaitu mengenai yahudi yang harus dibasmi dan yahudi yang
bukan manusia.
Pagi harinya, Ralf
sibuk berbenah karena akan kedatangan komandannya. Bruno secara tidak sengaja
melihat Shmuel sedang membersihkan gelas di ruang makan rumahnya. Disini Bruno
mengatakan pada Shmuel bahwa memang tidak sepantasnya mereka menjadi teman
karena mereka sudah ditakdirkan untuk menjadi musuh. Bruno lantas menawari
Shmuel untuk makan kue, dan Shmuel makan kue denagn lahapnya. Sedang asyik
mengobrol, datanglah Letnan Kotler dan menuduh Shmuel mencuri makanan. Shmuel
membela diri dengan mengatakan bahwa kue itu didapatnya dari Bruno yang juga
merupakan temannya. Kotler kaget mendengar perkataan Shmuel ini dan menanyai
Bruno apakah ia mengenal Shmuel. Bruno salah tingkah dan takut dengan tatapan
Kotler, ditambah suara Kotler yang membentak dirinya. Bruno pun menyangkal
Shmuel dan mengatakan pada Kotler bahwa ia tidak kenal dengan Shmuel, bahwa
Shmuel mengambil kue tanpa ijin. Shmuel tertunduk lesu, kecewa dengan perkataan
Bruno. Kotler lantas lalu mengajak Bruno untuk masuk ke kamarnya dan kemudian
kembali ke ruang makan untuk menghajar Shmuel.
Di dalam kamar, Bruno
sangat menyesali perbuatannya barusan. Ia menangis dan melampiaskan
kekesalannya pada buku-buku yang berserakan di lantai. Bruno pun turun kembali
hendak meminta maaf, namun ia terlambat, Shmuel sudah tidak ada disitu karena
sudah kembali ke kamp. Bruno pun segera bergegas menuju ke kamp, berharap
bertemu dengan Shmuel namun ternyata Shmuel tidak ada di tempat seperti biasa
mereka bertemu. Bruno sangat sedih dan menyesal, merenungi perbuatannya dengan
melamun di ayunan. Siangnya, datanglah iring-iringan tentara Nazi yang ternyata
adalah atasan Ralf. Mereka menonton tayangan film mengenai kehidupan
orang-orang di dalam kamp konsentrasi. Bruno ikut menonton dengan mengintip
dari jendela atas. Bruno bertambah bingung karena dalam tayangan film itu
diperlihatkan suasana kamp yang sangat gembira ria layaknya orang piknik,
dimana orang-orang kamp sedang bermain sepak bola, pesta barbeque, dan bercanda
ria bersama anak-anak. Seusai menonton film, ia memeluk erat-erat ayahnya.
Setelah itu, Bruno
hendak bersiap lagi untuk kabur ke kamp dengan harapan dapat menemui Shmuel. Ia
membawa raket tennis dan dikejutkan oleh kedatangan Letnan Kotler yang memakai
seragam dinas Waffen SS yang lengkap. Kotler berpamitan pada Bruno karena ia
dipindahtugaskan di garda depan untuk melawan sekutu. Bruno yang sampai di kamp
dikecewakan dengan tidak hadirnya Shmuel selama 3 hari berturut-turut. Pada
hari keempat ia mencoba lagi datang ke kamp dan ia pun melihat Shmuel sedang
duduk di tempat biasa. Shmuel tertunduk lesu dan saat ia mengangkat wajahnya,
Bruno kaget dengan wajah Shmuel yang lebam dan penuh luka berdarah karena
dipukul oleh Kotler dan tidak diobati. Bruno meminta maaf pada Shmuel dan mulai
menyadari ternyata film yang ia tonton itu hanyalah kebohongan saja. Bruno
berharap agar Shmuel masih menganggapnya sebagai teman dan Shmuel
menyanggupinya.
Keesokan harinya,
Ralf mendaat kabar bahwa ibunya, Nathalie, meninggal dunia. Maka mereka pun
kembali ke Berlin untuk menghadiri pemakaman Nathalie. Di sela pembacaan doa
oleh pastor, Elsa melihat kartu ucapan belasungkawa bertuliskan “Von Dem
Führer” (hanya untuk Fuhrer – Hitler). Elsa berusaha membuang kartu itu namun
dicegah oleh Ralf. Bruno yang telah balik lagi ke rumahnya pergi lagi ke kamp
untuk menemui Shmuel dan mengajaknya main catur. Mereka bermain catur dengan
gembira. Shmuel sangat senang karena Bruno selalu datang dan menemaninya
bermain, begitu pula Bruno. Maka mereka berdua berjanji untuk menjadi sahabat.
Ketik pulang, Bruno mendapati ibunya yang bertingkah laku aneh, yang bermain
ayunan layaknya anak kecil. Elsa berputar-putar di ayunan milik Bruno dan
menerawang melihat langit. Ralf melihat hal ini dan malamnya mereka berdua
bertengkar hebat. Ralf mengatakan Elsa sudah tidak waras sementara Elsa
mengatai Ralf sebagai pria monster. Bruno tidak tahan dengan suara gaduh dari
pertengkaran kedua orangtuanya ini. Maka ia pun pergi ke kamar Gretel dan tidur
dengan kakaknya itu, mereka berdua berpelukan.
Paginya, Ralf
mengumpulkan anak-anak di ruang kerjanya dan menanyai mereka apakah mereka
betah tinggal disini. Bruno menjawab iya sementara Gretel ingin kembali ke
rumahnya yang dulu karena rindu pada teman-temannya. Maka Ralf meminta mereka
berdua untuk berangkat ke rumah bibinya, Lottie, di desa Heidelberg dan harus
mempersiapkan segala sesuatu untuk keberangkatan mereka esok harinya, tanpa
banyak protes. Siang itu juga, Bruno pergi ke kamp dan berpamitan pada Shmuel.
Shmuel sangat sedih karena ayahnya belum pulang, ditambah dengan berita
kepindahan Bruno ini yang membuatnya menjadi semakin sedih. Bruno ingin
membantu Shmuel mencari ayahnya sebagai pengganti atas perbuatannya dulu yang
membuat Shmuel dihajar Kotler. Bruno memiliki akal untuk bisa masuk ke dalam
kamp ini yaitu dengan menggali tanah pada sekitar pagar kawat yang menghasilkan
sedikit celah untuk badan Bruno. Maka mereka berdua bersepakat merencanakan
sesuatu agar Bruno bisa masuk ke dalam kamp. Bruno membawa sekop dan Shmuel
membawa baju piyama bergaris-garis sebagai penyamaran Bruno. Bruno berjanji
akan membawa sandwich berukuran besar besok saat mereka akan melancarkan
aksinya itu.
Keesokan harinya,
siang itu Bruno mengendap-endap menuju dapur dan menyiapkan sandwich berukuran
besar lengkap dengan daging dan keju. Sandwich itu ia selempitkan di celananya
dan ditutupi dengan sweater-nya. Bruno meminta ijin pada Elsa untuk bermain
ayunan terakhir kalinya dan Elsa menyanggupi. Kesempatan ini pun ia gunakan
untuk kabur menuju ke kamp. Bruno berlari dengan kencang sambil membawa sekop.
Di kamp, Shmuel sudah menunggunya dengan membawa baju piyama bergaris-garis.
Shmuel menagih janji dari Bruno perihal sandwich berukuran besar, sial bagi
Bruno, sandwich itu terjatuh entah dimana. Bruno pun segera melepas pakaiannya
dan berganti pakaian, mengenakan baju piyama bergaris-garis itu. Bruno menggali
tanah dengan sekop dan berhasil menciptakan lubang celah dimana badannya bisa
masuk melewati celah itu menuju ke dalam kamp konsentrasi. Kilat menyambar,
suara bergemuruh, pertanda akan turun hujan. Maka mereka berdua bergegas untuk
mencari ayah Shmuel.
Di rumah, Elsa
mencari-cari Bruno karena mereka akan segera berangkat menuju Heidelberg. Elsa
mencari Bruno di ayunan namun tidak ada. Sementara itu di kamp, Bruno dan
Shmuel menyusuri seluruh kamp. Bruno sangat heran melihat kamp yang selama ini
ia kira sebagai tempat piknik ternyata adalah tempat yang sangat buruk, jauh
dari film yang ia tonton. Bruno yang kecapekan meminta Shmuel untuk
beristirahat dulu dan mencari kafe terdekat. Shmuel heran dengan perkataan
Bruno yang ingin mencari kafe. Bruno mulai merasa takut dan ingin pulang saja,
namun Shmuel memohon pada Bruno agar jangan pulang dulu sebelum menemukan
ayahnya, Bruno pun menyanggupi.
Kembali di rumah
Bruno, semua orang mencari-cari Bruno. Elsa dan Gretel menemukan sebuah roti
sandwich yang terjatuh tepat di bawah sebuah jendela yang terbuka. Maka
mengertilah mereka bahwa Bruno kabur melalui jendela itu menuju ke kamp
konsentrasi. Elsa menerobos masuk ke ruangan kerja Ralf. Ralf yang sedang
meeting dengan petinggi Waffen SS menegur Elsa namun Elsa segera memberitahu
bahwa Bruno hilang. Ralf dan anak buahnya mendobrak pintu belakang dan segera
berlari menuju ke kamp konsentrasi, diikuti oleh Elsa dan Gretel di
belakangnya. Di kamp, Bruno dan Shmuel masuk ke dalam sebuah barak untuk
mencari ayah Shmuel. Tiba-tiba datanglah beberapa tentara Waffen SS menyuruh
semua orang di ruangan itu untuk berbaris dan menggiring mereka menuju
Gaskammer. Shmuel dan Bruno pun turut serta dalam rombongan itu. Sementara itu
hujan mulai turun dengan lebatnya, Ralf dan anak buahnya terus berlari dengan
kencang menuju ke kamp. Ralf pun mendapati baju dan celana yang dikenakan oleh
Bruno, bersama dengan sekop dan celah lubang yang pas untuk dilewati anak
sebesar Bruno. Di dalam ruang tunggu Gaskammer, Bruno, Shmuel, dan semua orang
dalam rombongan itu diminta untuk menanggalkan pakaiannya. Ralf masih terus
berlari hingga sampai di gerbang kamp konsentrasi. Ia memerintahkan semua
tentara Waffen SS yang saat itu bertugas untuk mencari Bruno. Bruno dan Shmuel
telah masuk ke dalam Gaskammer bersama dengan yahudi lainnya. Suasana Gaskammer
sangat gelap. Bruno memegang erat-erat tangan sahabatnya, Shmuel. Seketika lampu
dalam Gaskammer dimatikan, dari atap nampak sebuah pintu kecil yang terbuka dan
seorang tentara Waffen SS dengan mengenakan topeng gas memasukkan serbuk
sianida ke dalam Gaskammer. Gaskammer pun diaktifkan. Ralf telah sampai di
pondok yang penuh dengan baju-baju piyama bergaris, maka ia berlari menuju
lokasi Gaskammer dan melihat Gaskammer telah diaktifkan. Ralf yang menyadari
bahwa dirinya telah terlambat berteriak sekencang-kencangnya memanggil nama
Bruno diiringi tangisan Elsa dan Gretel yang sangat pilu.
TAMAT
Baru membaca ceritanya menetes air mata apalagi jika melihat film nya
BalasHapus