Search

Senin, 28 November 2016

Sinopsis Lengkap Film "The Boy in The Striped Pyjamas"

Sinopsis Film ‘ The Boy In The Striped Pyjamas ‘
Masa kanak-kanak ditentukan oleh suara, bau-bauan, dan penglihatan, sebelum alasan kegelapan berkembang (John Betjeman)



Film berkisah pada tahun 1930-an, saat Nazi berkuasa di Jerman, tentang seorang anak bernama Bruno, berusia 8 tahun. Dia adalah anak dari Kolonel tentara Nazi kesatuan Waffen SS (Schutzstaffel) divisi Totenkopf bernama Ralf. Mereka tinggal di jantung kota Berlin di Jerman. Bruno yang sedang asyik bermain pesawat-pesawatan bersama ketiga temannya, Karl, Leon, dan Martin, kaget saat melihat rumahnya telah didekorasi sedemikian rupa. Bruno bingung dan segera masuk ke rumah. Di dalam rumahnya nampak beberapa orang yang sedang mempersiapkan segala sesuatu untuk pesta. Bruno bertanya pada ibunya, Elsa, ada apa gerangan. Elsa mengatakan bahwa pesta ini sebagai acara syukur karena ayah mereka, Ralf, naik pangkat dan dipromosikan untuk tugas yang baru dan tempat yang baru sekaligus sebagai acara perpisahan. Bruno menolak tempat tugas ayahnya yang baru di luar kota, ia merasa berat hati karena harus berpisah dengan ketiga temannya itu. Elsa, Ralf, dan kakak perempuan Bruno, Gretel, berusaha menghibur Bruno dan mengatakan bahwa ini adalah petualangan yang baru bagi Bruno, sama seperti di bukunya. Bruno adalah anak yang senang sekali membaca buku-buku petualangan.
Bruno mengikuti pesta itu dengan berat hati. Namun perasaan Bruno terobati kala ia melihat kakek dan neneknya datang di acara pesta itu. Nenek mereka, Nathalie, sangat senang bertemu dengan cucu-cucunya. Nathalie sangat bangga dengan Ralf yang memakai seragam dan pangkat yang baru. Nathalie lantas membuat gurauan perihal Ralf semasa kecil. Ralf tidak senang dengan gurauan ibunya ini, Ia pun menegur ibunya dengan sinis, mengatakan ibunya sebagai perusak pesta. Bahkan Ralf mengancam ibunya dengan mengatakan bahwa gurauannya ini bisa memberi ibunya masalah.
Esok paginya, Bruno yang sedang asyik bermain tembak-tembakan bersama ketiga temannya harus berpamitan karena ia akan segera berangkat. Bruno merasa berat hati meninggalkan rumah masa kecilnya, Bruno terus menerus memandangi rumah itu sebelum pergi keluar. Mereka sekeluarga menempuh perjalanan dengan menaiki kereta api dan dengan perjalanan mobil selama satu hari. Sampailah mereka di rumah baru itu. Bruno merasa tidak senang berada di dalam rumah yang ia anggap penjara itu. Di dalam kamar, ia merasa jenuh dan bosan. Ia mengobrol dengan pembantunya, Maria, dan saat asyik mengobrol, datanglah pria dengan seragam Waffen SS yang merupakan bawahan ayahnya, Letnan Kotler. Bruno merasa takut karena orang ini menatapnya dalam-dalam. Bruno yang merasa jenuh memanjat kursi dan melihat keluar jendela. Ia melihat ada bangunan yang mirip dengan peternakan / perkebunan. Bruno tidak tahu bahwa bangunan itu adalah kamp konsentrasi Nazi untuk orang yahudi. Bruno mengira itu adalah perkebunan. Bruno lantas meminta ijin pada ibunya untuk yang ada di dapur untuk bermain bersama anak-anak di perkebunan itu. Elsa menyanggupi karena Elsa juga tidak tahu perihal kamp konsentrasi itu. Tiba-tiba, masuklah seorang pria paruh baya, memakai piyama bergaris-garis, dan membawa sayur mayur. Bruno mengatakan kepada Elsa bahwa mereka semua yang ada di perkebunan memakai piyama seperti itu. Elsa heran dan menyuruh Bruno untuk kembali ke kamarnya.
Saat hendak kembali ke kamarnya, Ralf memanggil Bruno dan mulai menanyai apakah Bruno merasa betah disini, dan Bruno menjawab tidak. Bruno lalu bertanya pada Ralf mengapa orang-oran di perkebunan memakai piyama. Mulanya Ralf terdiam, namun akhirnya ia mengerti maksud dari perkataan Bruno yaitu orang-orang yahudi di kamp konsentrasi. Bukannya mengalihkan pembicaraan, Ralf malah berusaha menanamkan ideologi Nazi yang anti-semit pada Bruno. Beruntung Elsa datang dan menyuruh Bruno untuk membantu di dapur. Elsa memberitahu Ralf bahwa orang-orang ‘ber-piyama’ dari perkebunan itu masuk di dapurnya. Elsa juga tidak tahu menahu mengenai kamp konsentrasi Nazi ini. Jendela kamar Bruno pun disegel oleh Ralf.
Bruno yang merasa jenuh berusaha mengusir kebosanan dengan bermain catur sendiri. Namun hal ini justru membuat Bruno menjadi bosan, maka ia pergi ke halaman dan bermain pesawat-pesawatan. Bruno melihat pintu yang menuju halaman belakang terbuka. Ia pun lalu mengendap-endap membuka pintu itu dan berjalan menuju halaman belakang. Tak disangka, Elsa melihat Bruno dan menyuruhnya kembali untuk mencari permainan lain. Bruno lalu menemani ibunya yang menyulam dengan menggambar, disini, Bruno menggambar orang-orang perkebunan yang bertani dan beternak dengan memakai piyama bergaris-garis. Esok paginya saat sarapan, Ralf memberitahu bahwa akan ada guru privat yang bernama tuan Liszt dan akan mengajar mereka dua kali seminggu. Sementara makan, mata Bruno terus memperhatikan si yahudi yang memakai piyama bergaris-garis sedang mengupas kentang.
Selesai makan, Bruno melamun di bawah pohon. Ia lantas meminta tolong Kotler untuk membantunya membuat ayunan. Kotler membentak si yahudi yang kebetulan ada disitu dengan kasar, di depan Bruno, dan menyuruhnya untuk membantu Bruno mencari ban bekas di gudang belakang guna membuat ayunan. Saat si yahudi sedang mencari ban, Bruno melihat sebuah jendela yang menghubungkan antara gudang dan luar rumah (hutan). Ayunan sudah jadi, Bruno pun bermain ayunan. Bruno melihat ada kepulan asap berwarna hitam yang berbau tidak sedap. Bruno berusaha melihat asap itu dengan berdiri di atas ayunan namun ia terjatuh dan terluka. Si yahudi menolong Bruno, membawanya ke dapur untuk diberikan obat P3K. Bruno heran dengan si yahudi yang bisa mengobati luka ini padahal ia adalah seorang pengupas kentang. Bruno bertanya siapa namanya dan ia menjawab namanya adalah Pavel, ia dulu adalah seorang dokter. Bruno tidak percaya bahwa Pavel adalah dokter. Pavel menjelaskan bahwa ia dulunya adalah dokter dan karirnya tamat saat ia dikirim ke sini. Pavel bertanya apakah cita-cita Bruno dan Pavel menebak cita-cita Bruno yang ingin menjadi penjelajah. Bruno kaget karena Pavel mengetahui cita-citanya. Tiba-tiba Elsa datang, pulang dari belanja dan kaget melihat kaki Bruno yang diperban. Ia meminta Bruno untuk masuk ke kamarnya dan mengucapkan terimakasih kepada Pavel.
Datanglah guru privat mereka, mr. Liszt, ia ingin mengajarkan ideologi Nazi yang anti-semit pada Bruno dan Gretel. Mr. Liszt meminta Bruno untuk menghentikan membaca buku-buku petualangan fiksi dan mulai dengan membaca buku filsafat antropologi Deutscher yang sangat tebal, Bruno membaca buku ini dengan perasaan jenuh. Bruno lantas berlari menuju gudang belakang, memanjat jendela dan berhasil keluar dari kungkungan rumah itu. Ia berlari hingga sampai ada kamp konsentrasi Nazi, yang ia kira sebagai perkebunan. Bruno heran melihat bangunan yang dipagari dengan kawat berduri dan dijaga oleh para tentara Nazi dengan sangat ketatnya. Ia melihat seorang anak laki-laki sedang duduk menyendiri dalam pagar kawat itu. Ia memberanikan diri untuk maju dan memperkenalkan diri. Anak ini bernama Shmuel, Bruno heran dengan nama anak ini yang sangat aneh didengar. Bruno iri pada anak ini karena di dalam kamp ia mempunyai banyak teman untuk diajak bermain. Bruno sama sekali tidak tahu bahwa itu adalah kamp konsentrasi Nazi. Shmuel bertanya pada Bruno apakah ia membawa makanan, Shmuel tampak kelaparan, sayangnya Bruno tidak membawa makanan. Shmuel berusia 8 tahun, sama seperti Bruno. Bruno bertanya pada Shmuel apa maksud dari nomor-nomor baju pada piyama yang dikenakan Shmuel. Shmuel mengatakan bahwa itu adalah nomornya dan bukan merupakan bagian dari suatu permainan seperti yang disangka oleh Bruno. Tiba-tiba peluit berbunyi, Shmuel pamit undur diri dengan mendorong gerobak meninggalkan Bruno yang masih terheran-heran dengan ‘perkebunan’ aneh ini. Di rumah, Gretel mulai menunjukkan perubahan, seluruh kamarnya dipasangi poster Adolf Hitler dan gambar-gambar lambang swastika Nazi. Gretel mengatakan pada Bruno bahwa sekarang sudah tidak lagi harus bermain boneka karena itu permainan anak-anak. Gretel telah menjadi seorang gadis yang sangat patriotis pada Nazi di usianya yang baru 12 tahun, mengikuti jejak ayahnya. Bruno pun bingung dengan kelakuan Gretel ini, ditambah dengan pelajaran membaca pidato Hitler yang diberikan oleh mr. Liszt untuk mereka berdua.
Siang itu Elsa akan pergi berbelanja ke pasar. Bruno memanfaatkan waktu ini untuk pergi lagi ke kamp konsentrasi untuk menemui Shmuel sambil membawa roti. Bruno bertanya pada Shmuel yang sedang makan roti dengan lahap, mengapa mereka memakai piyama tiap hari, Shmuel menjawab bahwa mereka sudah tidak lagi mempuyai baju selain baju itu karena baju-baju mereka dirampas oleh para tentara. Bruno menjawab balik Shmuel dan mengatakan bahwa ayahnya juga adalah seorang tentara, tapi bukan tentara yang suka mengambil baju orang tanpa alasan. Bruno membanggakan ayahnya sebagai seorang tentara dengan jabatan penting yang ingin membangun dunia yang lebih baik baginya dan bagi anak Jerman lainnya. Bruno bahkan secara terang-terangan dan dengan keyakinan tinggi mengatakan pada Shmuel bahwa ia sangat menyukai tentara Nazi seperti ayahnya. Shmuel hanya terdiam dan termangu mendengar perkataan Bruno ini. Bruno lantas bertanya lagi pada Shmuel apa yang mereka bakar di cerobong karena baunya sangat tidak enak, dan Shmuel menjawab tidak tahu karena ia dilarang oleh tentara untuk pergi ke area itu. Bruno bertanya lagi, apakah kegunaan dari pagar kawat berduri itu, apakah untuk menghalau hewan liar masuk ke ‘perkebunan’ dan mencegah hewan ternak keluar. Shmuel mengatakan bahwa pagar itu dipasang supaya orang-orang di dalamnya tidak bisa keluar, pagar itu dialiri listrik sehingga membuat orang di dalamnya seperti dipenjara. Bruno heran dan bertanya pada Shmuel apakah kesalahan Shmuel dan kawan-kawannya sehingga mereka dipenjara seperti itu. Dengan suara lirih Shmuel mengatakan pada Bruno bahwa ia adalah seorang yahudi. Bruno tersentak begitu mendengar jawaban Shmuel ini, ia terdiam dan terpaku, tak bisa berkata-kata lagi. Bruno pun pamit undur diri dan berjanji akan datang lagi keesokan harinya.
Di rumah, ibunya pulang dari berbelanja dan masuk menuju kamar Gretel. Elsa heran melihat kamar Gretel yang berbau ‘Hitler’ dan ‘Nazi’. Malam itu Ralf mendapati kabar melalui telepon bahwa ibunya, Nathalie, tak bisa datang berkunjung karena sakit. Ralf mengatakan pada ayahnya untuk tetap datang tanpa ibunya dan ia menunggu kedatangan mereka. Bruno dan Gretel yang sedang bermain catur sangat senang mendengar bahwa kakek mereka akan datang mengunjungi mereka di rumah baru. Bruno lalu bertanya pada ayahnya perihal cerobong yang mengeluarkan kepulan asap hitam dan berbau busuk. Ralf mengatakan bahwa mereka sedang membakar ‘sampah’. Bruno yang saat itu akan kalah dari permainan catur dibantu oleh ayahnya sehingga Gretel kalah. Gretel sangat emosi dan meluapkan kemarahan pada ayahnya yang membantu Bruno karena itu tidak adil. Elsa menenangkan Gretel dan mengatakan bahwa itu hanyalah permainan saja. Saat akan tidur, Elsa mempertanyakan mengenai guru pribadi (mr. Liszt) yang dibawa oleh Ralf, yang membuat Gretel menjadi berubah. Elsa mempertanyakan kapasitas Liszt sebagai guru anak-anak. Ralf mengatakan bahwa guru itu memang mengajarkan apa yang seharusnya diajarkan pada anak-anak Jerman pada umumnya, agar Bruno dan Gretel tidak tertinggal.
Esok paginya, Bruno dan Gretel sedang belajar bersama mr. Liszt. Gretel membaca pidato Hitler yang berisi seruan untuk memusnahkan bangsa yahudi dan sangat penuh dengan propaganda-propaganda kebencian untuk yahudi, dimana yahudi dianggap sebagai penyebab kehancuran bangsa Jerman. Bruno menyela Gretel dengan mengacungkan tangan dan mengajukan interupsi kepada mr. Liszt, Bruno mengatakan bahwa ajaran ini tidak masuk akal dan pasti ada orang yahudi yang baik di dunia ini. Mr. Liszt menjawab Bruno dengan sinis, jika Bruno berhasil menemukan yahudi yang baik, maka Bruno adalah penjelajah terhebat di dunia.
Setelah selesai pelajaran, Bruno diam-diam mengendap-endap menuju ke dapur dan mengambil beberapa roti serta memasukkannnya ke dalam tas. Pembantunya memergoki perbuatan Bruno ini namun Bruno meminta ia untuk diam dan tidak memberitahukan ibunya. Bruno juga berbohong pada ibunya yang ingin memeriksa isi tasnya agar tidak ketahuan bahwa ia membawa roti dalam tas untuk Shmuel, Bruno merencanakan untuk kabur lagi. Kali ini ia membawa bola. Bruno melihat Shmuel yang makan roti sangat lahap, seperti orang yang kelaparan. Bruno mengajak Shmuel untuk bermain bola dan melemparkan bola ke dalam kamp. Shmuel yang kaget dan ketakutan segera mengambil bola itu dan mengembalikannya ke Bruno melalui celah pagar kawat berduri. Ia meminta Bruno agar tidak lagi melemparkan bola ke dalam kamp karena itu sangat berbahaya, terutama bila tentara melihatnya. Shmuel lalu pergi setelah mendengar bunyi peluit. Dengan penuh rasa heran dan kekecewaan Bruno pulang kembali. Di pintu halaman belakang, Elsa memergoki Bruno namun Bruno berkelit dengan mengatakan bahwa bolanya terlempar keluar dan ia berusaha mengambilnya. Elsa lantas mencium bau busuk. Letnan Kotler tersenyum pada Elsa dan melontarkan gurauan seputar Gaskammer (kamar gas). Elsa terkejut saat mendengar perkataan Kotler itu. Kotler yang sadar bahwa ia salah bicara menunjukkan gelagat salah tingkah dan segera bergegas masuk rumah.
Malamnya, Elsa bertengkar hebat dengan Ralf. Elsa sangat kecewa dengan Ralf yang ternyata adalah seorang Kolonel dari tentara Waffen Schutzstaffel divisi Totenkopf (divisi Nazi yang khusus untuk membantai yahudi) dan menyembunyikan pekerjaan profesinya ini dari dirinya. Ralf berkelit bahwa hal ini dilakukan demi kebaikan Jerman, kebaikan dirinya, kebaikan Bruno dan Gretel, dan merupakan bagian dari perang. Elsa menangis mendengar hal ini. Bruno membuka pintu dan melihat pertengkaran kedua orangtuanya, memberitahu bahwa ayah Ralf telah datang.
Malam itu, ayah Ralf datang berkunjung dan mereka makan malam bersama, yang juga dihadiri oleh Letnan Kotler. Ralf melihat Elsa yang tidak nafsu makan dan dengan mata yang sembab. Bruno bertanya tentang neneknya yang sedang sakit kepada kakeknya itu. Ayah Ralf mengatakan pada Ralf bahwa ibunya benar-benar sakit dan bukannya pura-pura sakit. Disini, Kotler menegur Bruno yang tidak menyukai pelajaran sejarah yang diberikan oleh guru mereka, mr. Liszt. Kotler membanggakan ayahnya yang merupakan seorang profesor kesusastraan Jerman. Ayah Ralf lalu bertanya dimanakah ayah dari Kotler sekarang dan Kotler menjawab tidak tahu. Ralf heran dengan jawaban bawahannya ini, menuding ayah Kotler adalah pengkhianat negara yang tidak mengikuti kebijakan pemerintah dan yang membelot kepada sekutu karena kabur ke Swiss. Kotler yang merasa terpojok oleh pertanyaan Ralf yang merupakan komandannya ini melampiaskan kekesalannya pada Pavel yang secara tidak sengaja menumpahkan anggur pada gelas Kotler. Elsa menangis melihat Kotler memukuli Pavel sementara ekspresi wajah Ralf biasa saja sambil meneruskan makannya.
Saat akan tidur, Bruno bertanya kepada Gretel atas perbuatan Kotler yang memukuli Pavel. Gretel memberitahu Bruno bahwa orang yahudi pantas menerimanya. Bruno menangis mendengar jawaban Gretel ini, mengingat kejadian di ruang makan itu. Gretel mulai menjelaskan mengenai tempat yang selama ini disangka Bruno sebagai ‘perkebunan’. Gretel mengatakan bahwa tempat itu adalah kamp konsentrasi Nazi untuk orang yahudi, untuk musuh negara, musuh Jerman, dan yang juga merupakan musuh bersama. Gretel mengajari adiknya itu paham anti-semit Nazi. Gretel juga memberitahu Bruno bahwa mereka harus bangga mempunyai ayah seperti Ralf, seorang tentara Waffen SS, karena mereka akan membangun Jerman menjadi besar lagi. Bruno lalu membayangkan Shmuel yang ia kenal selama ini dan membandingkannya dengan ideologi serta perkataan-perkataan anti-semit yang ia dapatkan dari Ralf, Gretel, dan mr. Liszt, yaitu mengenai yahudi yang harus dibasmi dan yahudi yang bukan manusia.
Pagi harinya, Ralf sibuk berbenah karena akan kedatangan komandannya. Bruno secara tidak sengaja melihat Shmuel sedang membersihkan gelas di ruang makan rumahnya. Disini Bruno mengatakan pada Shmuel bahwa memang tidak sepantasnya mereka menjadi teman karena mereka sudah ditakdirkan untuk menjadi musuh. Bruno lantas menawari Shmuel untuk makan kue, dan Shmuel makan kue denagn lahapnya. Sedang asyik mengobrol, datanglah Letnan Kotler dan menuduh Shmuel mencuri makanan. Shmuel membela diri dengan mengatakan bahwa kue itu didapatnya dari Bruno yang juga merupakan temannya. Kotler kaget mendengar perkataan Shmuel ini dan menanyai Bruno apakah ia mengenal Shmuel. Bruno salah tingkah dan takut dengan tatapan Kotler, ditambah suara Kotler yang membentak dirinya. Bruno pun menyangkal Shmuel dan mengatakan pada Kotler bahwa ia tidak kenal dengan Shmuel, bahwa Shmuel mengambil kue tanpa ijin. Shmuel tertunduk lesu, kecewa dengan perkataan Bruno. Kotler lantas lalu mengajak Bruno untuk masuk ke kamarnya dan kemudian kembali ke ruang makan untuk menghajar Shmuel.
Di dalam kamar, Bruno sangat menyesali perbuatannya barusan. Ia menangis dan melampiaskan kekesalannya pada buku-buku yang berserakan di lantai. Bruno pun turun kembali hendak meminta maaf, namun ia terlambat, Shmuel sudah tidak ada disitu karena sudah kembali ke kamp. Bruno pun segera bergegas menuju ke kamp, berharap bertemu dengan Shmuel namun ternyata Shmuel tidak ada di tempat seperti biasa mereka bertemu. Bruno sangat sedih dan menyesal, merenungi perbuatannya dengan melamun di ayunan. Siangnya, datanglah iring-iringan tentara Nazi yang ternyata adalah atasan Ralf. Mereka menonton tayangan film mengenai kehidupan orang-orang di dalam kamp konsentrasi. Bruno ikut menonton dengan mengintip dari jendela atas. Bruno bertambah bingung karena dalam tayangan film itu diperlihatkan suasana kamp yang sangat gembira ria layaknya orang piknik, dimana orang-orang kamp sedang bermain sepak bola, pesta barbeque, dan bercanda ria bersama anak-anak. Seusai menonton film, ia memeluk erat-erat ayahnya.
Setelah itu, Bruno hendak bersiap lagi untuk kabur ke kamp dengan harapan dapat menemui Shmuel. Ia membawa raket tennis dan dikejutkan oleh kedatangan Letnan Kotler yang memakai seragam dinas Waffen SS yang lengkap. Kotler berpamitan pada Bruno karena ia dipindahtugaskan di garda depan untuk melawan sekutu. Bruno yang sampai di kamp dikecewakan dengan tidak hadirnya Shmuel selama 3 hari berturut-turut. Pada hari keempat ia mencoba lagi datang ke kamp dan ia pun melihat Shmuel sedang duduk di tempat biasa. Shmuel tertunduk lesu dan saat ia mengangkat wajahnya, Bruno kaget dengan wajah Shmuel yang lebam dan penuh luka berdarah karena dipukul oleh Kotler dan tidak diobati. Bruno meminta maaf pada Shmuel dan mulai menyadari ternyata film yang ia tonton itu hanyalah kebohongan saja. Bruno berharap agar Shmuel masih menganggapnya sebagai teman dan Shmuel menyanggupinya.
Keesokan harinya, Ralf mendaat kabar bahwa ibunya, Nathalie, meninggal dunia. Maka mereka pun kembali ke Berlin untuk menghadiri pemakaman Nathalie. Di sela pembacaan doa oleh pastor, Elsa melihat kartu ucapan belasungkawa bertuliskan “Von Dem Führer” (hanya untuk Fuhrer – Hitler). Elsa berusaha membuang kartu itu namun dicegah oleh Ralf. Bruno yang telah balik lagi ke rumahnya pergi lagi ke kamp untuk menemui Shmuel dan mengajaknya main catur. Mereka bermain catur dengan gembira. Shmuel sangat senang karena Bruno selalu datang dan menemaninya bermain, begitu pula Bruno. Maka mereka berdua berjanji untuk menjadi sahabat. Ketik pulang, Bruno mendapati ibunya yang bertingkah laku aneh, yang bermain ayunan layaknya anak kecil. Elsa berputar-putar di ayunan milik Bruno dan menerawang melihat langit. Ralf melihat hal ini dan malamnya mereka berdua bertengkar hebat. Ralf mengatakan Elsa sudah tidak waras sementara Elsa mengatai Ralf sebagai pria monster. Bruno tidak tahan dengan suara gaduh dari pertengkaran kedua orangtuanya ini. Maka ia pun pergi ke kamar Gretel dan tidur dengan kakaknya itu, mereka berdua berpelukan.
Paginya, Ralf mengumpulkan anak-anak di ruang kerjanya dan menanyai mereka apakah mereka betah tinggal disini. Bruno menjawab iya sementara Gretel ingin kembali ke rumahnya yang dulu karena rindu pada teman-temannya. Maka Ralf meminta mereka berdua untuk berangkat ke rumah bibinya, Lottie, di desa Heidelberg dan harus mempersiapkan segala sesuatu untuk keberangkatan mereka esok harinya, tanpa banyak protes. Siang itu juga, Bruno pergi ke kamp dan berpamitan pada Shmuel. Shmuel sangat sedih karena ayahnya belum pulang, ditambah dengan berita kepindahan Bruno ini yang membuatnya menjadi semakin sedih. Bruno ingin membantu Shmuel mencari ayahnya sebagai pengganti atas perbuatannya dulu yang membuat Shmuel dihajar Kotler. Bruno memiliki akal untuk bisa masuk ke dalam kamp ini yaitu dengan menggali tanah pada sekitar pagar kawat yang menghasilkan sedikit celah untuk badan Bruno. Maka mereka berdua bersepakat merencanakan sesuatu agar Bruno bisa masuk ke dalam kamp. Bruno membawa sekop dan Shmuel membawa baju piyama bergaris-garis sebagai penyamaran Bruno. Bruno berjanji akan membawa sandwich berukuran besar besok saat mereka akan melancarkan aksinya itu.
Keesokan harinya, siang itu Bruno mengendap-endap menuju dapur dan menyiapkan sandwich berukuran besar lengkap dengan daging dan keju. Sandwich itu ia selempitkan di celananya dan ditutupi dengan sweater-nya. Bruno meminta ijin pada Elsa untuk bermain ayunan terakhir kalinya dan Elsa menyanggupi. Kesempatan ini pun ia gunakan untuk kabur menuju ke kamp. Bruno berlari dengan kencang sambil membawa sekop. Di kamp, Shmuel sudah menunggunya dengan membawa baju piyama bergaris-garis. Shmuel menagih janji dari Bruno perihal sandwich berukuran besar, sial bagi Bruno, sandwich itu terjatuh entah dimana. Bruno pun segera melepas pakaiannya dan berganti pakaian, mengenakan baju piyama bergaris-garis itu. Bruno menggali tanah dengan sekop dan berhasil menciptakan lubang celah dimana badannya bisa masuk melewati celah itu menuju ke dalam kamp konsentrasi. Kilat menyambar, suara bergemuruh, pertanda akan turun hujan. Maka mereka berdua bergegas untuk mencari ayah Shmuel.
Di rumah, Elsa mencari-cari Bruno karena mereka akan segera berangkat menuju Heidelberg. Elsa mencari Bruno di ayunan namun tidak ada. Sementara itu di kamp, Bruno dan Shmuel menyusuri seluruh kamp. Bruno sangat heran melihat kamp yang selama ini ia kira sebagai tempat piknik ternyata adalah tempat yang sangat buruk, jauh dari film yang ia tonton. Bruno yang kecapekan meminta Shmuel untuk beristirahat dulu dan mencari kafe terdekat. Shmuel heran dengan perkataan Bruno yang ingin mencari kafe. Bruno mulai merasa takut dan ingin pulang saja, namun Shmuel memohon pada Bruno agar jangan pulang dulu sebelum menemukan ayahnya, Bruno pun menyanggupi.
Kembali di rumah Bruno, semua orang mencari-cari Bruno. Elsa dan Gretel menemukan sebuah roti sandwich yang terjatuh tepat di bawah sebuah jendela yang terbuka. Maka mengertilah mereka bahwa Bruno kabur melalui jendela itu menuju ke kamp konsentrasi. Elsa menerobos masuk ke ruangan kerja Ralf. Ralf yang sedang meeting dengan petinggi Waffen SS menegur Elsa namun Elsa segera memberitahu bahwa Bruno hilang. Ralf dan anak buahnya mendobrak pintu belakang dan segera berlari menuju ke kamp konsentrasi, diikuti oleh Elsa dan Gretel di belakangnya. Di kamp, Bruno dan Shmuel masuk ke dalam sebuah barak untuk mencari ayah Shmuel. Tiba-tiba datanglah beberapa tentara Waffen SS menyuruh semua orang di ruangan itu untuk berbaris dan menggiring mereka menuju Gaskammer. Shmuel dan Bruno pun turut serta dalam rombongan itu. Sementara itu hujan mulai turun dengan lebatnya, Ralf dan anak buahnya terus berlari dengan kencang menuju ke kamp. Ralf pun mendapati baju dan celana yang dikenakan oleh Bruno, bersama dengan sekop dan celah lubang yang pas untuk dilewati anak sebesar Bruno. Di dalam ruang tunggu Gaskammer, Bruno, Shmuel, dan semua orang dalam rombongan itu diminta untuk menanggalkan pakaiannya. Ralf masih terus berlari hingga sampai di gerbang kamp konsentrasi. Ia memerintahkan semua tentara Waffen SS yang saat itu bertugas untuk mencari Bruno. Bruno dan Shmuel telah masuk ke dalam Gaskammer bersama dengan yahudi lainnya. Suasana Gaskammer sangat gelap. Bruno memegang erat-erat tangan sahabatnya, Shmuel. Seketika lampu dalam Gaskammer dimatikan, dari atap nampak sebuah pintu kecil yang terbuka dan seorang tentara Waffen SS dengan mengenakan topeng gas memasukkan serbuk sianida ke dalam Gaskammer. Gaskammer pun diaktifkan. Ralf telah sampai di pondok yang penuh dengan baju-baju piyama bergaris, maka ia berlari menuju lokasi Gaskammer dan melihat Gaskammer telah diaktifkan. Ralf yang menyadari bahwa dirinya telah terlambat berteriak sekencang-kencangnya memanggil nama Bruno diiringi tangisan Elsa dan Gretel yang sangat pilu.

TAMAT

1 komentar:

  1. Baru membaca ceritanya menetes air mata apalagi jika melihat film nya

    BalasHapus