Search

Minggu, 27 November 2016

In Memoriam DR. Suyatno Hidayat

Kenangan Termanis
Untuk Bapak Guru Tercinta
Alm. DR. Suyatno Hidayat, M. Pd., M. Sc.



Oleh: Willy Sohlehudin, S. Psi


Saat itu hari Sabtu, tanggal 13 Agustus 2016 pukul 11.00 WIB, saya dan kolega sesama guru (Bpk. Raymond) baru saja selesai mendampingi siswa-siswi untuk mengikuti ekstra kurikuler futsal di lapangan. Seperti biasa, saya mulai mempersiapkan diri untuk pulang ke rumah. Saya bersiap memakai baju ganti, memasukkan sepatu dalam tas, dan bersiap menuju ke ruang OSIS di lantai II untuk mengambil barang-barang lainnya. Kebetulan saat itu di sekolah akan diadakan reuni alumni lulusan tahun 90-an (saya kurang tahu persis tahunnya), dan memang sangat ramai sekali. Saya lihat pak Odang, pak Parjan, dan mas Sidik (karyawan) sedang sibuk mempersiapkan panggung, photo booth, ruang aula, dan sebagainya. Kebetulan yang akan reuni adalah angkatan dari salah satu artis ibukota yakni Dude Herlino semasa SMP. Saya naik ke lantai II hendak membuka ruang OSIS, yang mana tiba-tiba saya dikagetkan dengan kehadiran almarhum pak Yatno yang sedang duduk-duduk di kursi panjang di depan ruang TU (tata usaha).

Memang, hari itu saat saya berangkat ke sekolah untuk mengajar ekstra kurikuler, saya melihat pak Yatno sudah datang ke sekolah pada jam 07.00 WIB dengan memakai baju koko yang sangat rapi, rambutnya disisir rapi, mengenakan celana bahan berwarna hitam, dan sepatu kulit hitam. Saya pun iseng-iseng menegur beliau, “Pak, ngapain ngelamun disitu ... ntar kesambet setan lewat lho” sambil tertawa-tawa. Beliau pun berdiri dan menghampiri saya, beliau kemudian mengajak saya duduk di kursi bawah dekat ruang Tata Boga untuk ngobrol sejenak. Saya berpikir, “Ah, ada benarnya juga, tak apalah nongkrong sebentar saja”, dan saya menyanggupi ajakan beliau. Tetapi sebelum turun ke lantai I, saya hendak meninjau kerapihan ruang multimedia yang akan dijadikan sebagai ruang panitia upacara 17 Agustus, dan beliau pun turut serta. Sesampai di ruang multimedia, beliau terlihat beda dari hari-hari sebelumnya, beliau mengamat-amati ruangan ini cukup lama seperti orang yang baru pertama kali melihat ruangan ini. Saya bertanya pada beliau (sambil sibuk mengangkat kursi), “Aduh pak, bapak seperti baru pertama kesini, cara ngeliatinnnya kok serius amat”. Beliau tersenyum dan berkata, “Ah nggak, cuman liat aja masak nggak boleh”, dan saya balas dengan tertawa. Lalu iseng saya tanya, “Pak, saya lihat bapak di sekolah sudah dari jam 07.00 WIB, padahal reuninya jam 15.00 WIB, tumben amat pak? Tadi juga bapak keliling-keliling lantai II sama lantai III liat-liat kelas, ada apa sih pak? Bapak mencari sesuatu? Biar saya bantu cari”. Beliau menjawab, “Nggak apa-apa, cuman pengen lihat saja, sudah lama saya nggak lihat-lihat bangunan ini, keliling-keliling”.

Akhirnya kami berdua ngobrol di ruang multimedia, dimana pak Yatno menceritakan sejarah beliau mengajar disini dari tahun 1987 sampai sekarang ini, suka-duka mengajar disini dan semua pengalaman yang pernah Ia jalani disini. Pembicaraan sangat seru dan berlangsung kurang lebih satu jam. Tak lama beliau mengajak saya turun ke lantai I di tempat nongkrong kami, depan rumah indekost pak Parjan dan pak Odang sekedar untuk minum kopi. Disitu saya ngobrol lagi bersama dengan pak Parjan, pak Yatno, dan pak kantin sekolah. Obrolan kami seputar surga dan neraka, dimana pak Yatno adalah orang yang kritis dan mempertanyakan kebenaran agama mengenai ajaran surga dan neraka. Pembicaraan seperti ini sudah menjadi sarapan kami sehari-hari. Saat waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 WIB, saya mohon ijin kepada pak Yatno untuk pulang. Saya masih ingat waktu itu saya katakan, “Pak pamit pulang ya pak, bapak juga hati-hati pas pulang, umur nggak ada yang tahu lho pak”, kata saya sambil tertawa sementara yang lainnya (termasuk pak Yatno) juga ikut tertawa. Beliau membalas perkataan saya, “Halah, namanya mati itu sudah ketentuannya, kalau saya mati hari ini ya ayooo kalau besok ya juga ayooo”. Dan ternyata hari itulah hari dimana saya melihat pak Yatno untuk terakhir kalinya.

Hari Senin, 15 Agustus 2016, kami dikejutkan dengan kabar bahwa bapak guru kami tercinta, pak Yatno telah dipanggil Tuhan pada hari Minggu tanggal 14 Agustus. Pada hari itu juga seluruh kegiatan KBM ditiadakan, siswa diliburkan, perlombaan 17 Agustus ditunda, dan diadakan doa bersama baik dari SMP maupun SMA.


SELAMAT JALAN PAK YATNO

KAMI AKAN MENERUSKAN PERJUANGANMU


0 komentar:

Posting Komentar